TERNATE-Pilkada serentak 9
Desember lalu menjadi ajang percaturan politik dinasti di Maluku Utara. Ini
diperkuat oleh Mahkamah Konstitusi yang membatalkan larangan kekerabatan dalam
perpolitikan di daerah sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia. "Harus diakui, Pilkada serentak 9
Desember menjadi saksi tumbang dan bertahannya secara bersamaan berbagai
dinasti politik di daerah," kata Pakar Politik Universitas Indonesia (UI)
Maswadi Rauf, Jumat (11/12).
Hasil sementara
pilkada menunjukkan tidak semua dinasti politik mampu bertahan, walaupun ada
beberapa yang tetap bertahan. Di Maluku Utara, dinasti politik pada Pilkada 9
Desember lalu yang gagal mempertahankan kekuasaan di daerah yakni dinasti
‘Kasuba’ di Halmahera Selatan.
Pasangan Bahrain
Kasuba dan Iswan Hasjim dikalahkan pasangan H. Amin Ahmad dan Jaya Lamusu
(Amin-Jaya) di Pilkada serentak kabupaten Halmahera Selatan. Bahrain merupakan
ponakan bupati Muhammad Kasuba dan gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba
merupakan pejawat yang melanjutkan dinas politik yang akan ditinggalkan
Muhammad Kasuba di Halmahera Selatan. Keluarga Kasuba diyakini telah memiliki
akar yang kuat di masyarakat sehingga dikalahkan dalam Pilkada 2015 merupakan
tamparan bagi dinasti lokal.
Selain Halmahera
Selatan, dinas politik Namto Hui Roba di kabupaten Halmahera Barat. Di
kabupaten ini merupakan basis kuat PDI Perjuangan, tidak lepas dari peran
bupati Halmahera Barat Namto Hui Roba yang berkuasa selama dua periode
1999-2010 dan 2010-2015. Pada Pilkada serentak lalu, Risno yang juga pejawat (incumbant) berpasangan dengan Jainuddin
Abdullah dari PAN, tertinggal jauh dari kandidat lain.
Selain itu, kegagalan politik dinasti lain juga terjadi di
Kabupaten Halmahera Utara. Dinasti politik 'Hein Namotemo' yang pada pilkada serentak lalu dikabarkan
memback up Fery Patiasina melalui jalur independen. Fary bakal menelan
keklalahan pahit dengan pasangan lain.
Di kabupaten
Kepulauan Sula, dinas Ahmad Hidayat Mus (AHM) Safi Pauwah dan Faruk Bahnan yang
tak lain mantan wakil AHM pada periode kedua sebagai bupati Kepulauan Sula.
Safi bakal dikalahkan petarung baru, Hendrata Thes dan Zulfahri Abdullah
Duwila. Meski begitu begitu, AHM masih bertepuk dada karena di Taliabu Aliong
Mus dikabarkan unggul dalam Pilkada. Di kabupaten Pulau Taliabu, sesama keluar
‘Mus’ bertarung. Dua adik kandung AHM yakni Aliong Mus dari Golkar dan Zainal
Mus dari PDIP bertarung di Pilkada Taliabu.
Pakar Politik
Universitas Indonesia (UI), Maswadi Rauf meyakini dinasti politik tak lama lagi
akan runtuh. Hal ini berdasarkan fakta dalam pilkada serentak pada Rabu (9/12)
yang memperlihatkan beberapa pasangan calon yang memiliki hubungan kekerabatan
dengan pejawat (incumbent) kalah dalam pilkada. Meskipun ada pula yang
masih bertahan. "Ini menunjukkan masyarakat tidak lagi terpengaruh akan
kekuatan dinasti politik di beberapa daerah," katanya, Jumat (11/12).
Ia mencontohkan
pilkada di Kabupaten Bantul. Dinasti Idham Samawi gagal setelah istrinya Sri
Surya Widati-Misbakhul Munir kalah dari pasangan Suharsono-Abdul Halim Muslikh.
Padahal, kata dia, Bantul adalah basis PDI Perjuangan dan Idham Samawi yang
juga mantan Bupati Bantul dua periode merupakan Ketua DPD PDI Perjuangan
Yogyakarta.
Menurut dia, ini
menunjukkan masyarakat tidak bisa lagi dianggap remeh. Ia pun meyakini kekuatan
politik kekerabatan tidak lagi mendapatkan tempat di masyarakat. "Masyarakat mulai pintar, jeli dan
kritis terhadap dinasti politik yang tidak berkualitas dan berpengalaman tentu
tidak dipilih," ujar Guru Besar Ilmu Politik UI ini. Maswadi menegaskan
pandangan politik lama yang berpikir politik dinasti dan kekuatan kekerabatan
akan melanggengkan kekuasaan tidak lama lagi akan runtuh. (rdx)